Hidup...,
Hidup
kita di dunia mungkin menurutmu akan panjang tapi menurutku sepanjang hidup
kita dapat diukur ketika kita bisa menikmati dan tak kan berbicara tentang
kematian saja. Cobalah berpikir jika ada orang yang menanyakan “masih hidup?”
kau jawablah “tentu saja masih, aku masih ingin menikmati dunia yang penuh
senyum dan penuh fantasi ini meski ku tau sudah tak lama lagi aku bisa
menikmati ini semua. Tuhan jika kau masih baik padaku, tolong ya Tuhan aku
ingin masih bisa menikmati dunia mu, berilah waktu mu sekejap saja untuk ku.
Jika mungkin menurutmu aku sudah terlalu puas menikmati ini semua terserah
selanjutnya, aku serahkan semua pada-Mu, kau ingin menjemputku atau tidak.
Rumah sakit, tempat dimana aku selalu ada di sini untuk
menyambung hidup ku setelah vonisan itu. Kira – kira hampir 5 tahun ku berada
di sini setiap ku merasa aneh atau apapun, ya di sinilah tempatku, rumah sakit.
Hari ini aku di sebuah ruangan yang semuanya rata - rata
mengidap penyakit yang sama seperti ku, tapi berbeda – beda. Ku melihat sesosok
wajah yang juga ada di ruangan ini. Tersenyumlah dia untukku.
Pikiranku hanya tertuju pada kematian saja tak ada yang
lain. Tuhan aku ingin mati saja, aku ingin hilang beban ini, aku sudah lelah ya
Tuhan jika seperti ini terus. Aku mempunyai pikiran jika sedikit saja aku
memiliki nafas, aku pun megatakan dalam hati “ya gak papalah sesekali sebelum
kita mati, nikmati sepuas yang kau mau tanpa peduli akan kata MATI!”
Pria itu menatapku dengan mengatakan sesuatu “tidak,
hidup penuh cinta meski kau pikir hidup hanya sebentar dan sekejap saja tapi
ingatlah cinta yang tlah bisa menghidupkannya kembali” setelah aku mengatakan
“karna hidup cuma sebentar”. Tapi yang mengatakan bukan dia tapi kawannya,
“percaya? Itu terserah yang mendengar.” Si pria itu mengeluarkan handphone nya
untuk bersiap menulis nomer ku dengan super pedenya dia meminta itu. Begitu
berisiknya dia tak mau diam mulutnya itu. Ku beri nomer ku untuknya agar dia
tak berisik lagi.
Untuk malamnya dia mengirim sebuah pesan, “masih hidup?”.
Itu adalah pertanyaan super duper konyol yang pernah ditanyakan kepadaku. Itu
pun pesan pertama yang dia kirim untukku setelah tadi siang. Aku pun menjawab
“ya tentu saja, jika Tuhan mengizinkan malam ini aku masih bisa bernafas untuk
esok dan menyambut esok dengan tak seperti orang lemah.”
Pagi dunia dan semua senyuman yang akan hadir untuk hari
ini. Ku membuka pintu dan ternyata ada si pria itu di depan rumahku, aku pun
juga tak tahu kenapa dia bisa tahu rumahku? Apa dia bertanya pada dokter Lisa.
Dokter Lisa adalah dokter yang setia dan sabar untuk menemaniku selama
pengobatan 5 tahun ini. Mamah aku tiba – tiba keluar dan melihat si pria ini
dan bertanya siapa pria ini, aku menjawab “teman baru kenal aat di rumah sakit
kemarin dan dengan pedenya dia, dia langsung mengajakku keluar dan meminta izin
kepada mamaku. Mamaku mengiyakan dengan rasa was – wasan tapi aku mengatakan
“tak apa hanya mencari udara segar yang mungkin tak lama lagi aku tak bisa cari
lagi udara itu.”
Pria itu mengajakku ke sebuah taman bunga yang sangat
indah mungkin saat ini bisa menghilangkan pikiranku akan kematian. Tapi aku
juga memikirkan apakah seperti ini surga nanti, taman yang penuh dengan bunga –
bunga yang pasti surga nanti adalah suatu hal yang aku ingin menemui seseorang
yang esok bisa jadi penyemangat hidupku hingga nanti kita tertidur dalam liang
lahat bersama dan kita akan bahagia bersama di surga nanti.
“Tapi gak pa-palah
mungkin ini menjadi kenangan gua saat nanti kalau aku meninggal dan tak bisa
lagi menghirup udara dunia. Makasih”
“kenapa sih loe selalu
bicara seperti itu, bicara tentang kematian?”
“karna supaya sakit gua
hilang meski nafas gua juga ikut hilang.”
Mendengar aku mengatakan seperti itu pria itu mengatakan
“mungkin dalam pikiranmu hanya memikirkan kematian saja tapi satu yang harus
kau tahu dan mengerti gunakan sisa hidupmu yang kau tahu untuk bahagia, senyum
dan mencari ketidaktahuanmu dengan yang kau tahu ini meski sulit tapi Tuhan
tahu akan usaha yang dilakukan umatnya. Mungkin di dunia ini tak perlu
kenyataan tapi yang terpenting adalah ingatan kuat untuk mengingat hari esok
kita mau melakukan apa, apa kita masih benar – banar bisa bernafas untuk esok
ya meskipun dalam pikiranmu sekarang hanya kematian saja yang keluar tak ada
lain terutama kehidupan yang indah.”
Aku mulai sadar akan pentingnya kehidupan, apa karna
mungkin dia yang menyadarkanku. Dia mngulangi pertanyaannya sekarang.
“kalau kau masih hidup
esok, cobalah tersenyum untuk hari esok, munkin kau akan melupakan sejenak
tentang kematian untuk menikmati dunia yang harus dinikmati ini. Kau masih
hidupkan?”
“tentu saja aku masih
hidup, apalagi untuk esok dan seterusnya. Aku akan belajar senyum agar dunia
juga ikut tersenyum untuk ku.”
“itu yang mau kudengar
darimu, semangat hidup yang kau perlukan.”
Aku baru mengenalnya tapi aku merasa dialah penyemangat
hidupku yang dia maksut itu, aku mulai nyaman.
Keesokan harinya, kuburan. Dalam hati ku bertanya “ada
apa dengan dia, kenapa dia membawaku ketempat seperti ini?” dia menceritakan
kepada ku tentang kehidupan. Dan aku semakin berpikir apakah hari adalah hari
yang pasti untuk aku memutuskan apakah kau berhasil membuatku untuk memaknai
akan kehidupan yanga da di dunia seperti yang selalu kau bilang kepadaku.
Dia menceritkan kepadaku sebuah rahasia tapi tak semua
dia ceritakan, yang mungkin dia ceritakan adalah satu rasa kasih sayang yang
mungkin baru tapi ada rasa itu. Aku tiba tak sadarkan diri belakangnya dan di
depan sebuah batu nisan. Kau begitu khawatir dan gugup ketika melihatku seperti
ini. Panik pasti itu yang kau rasakan sekarang. Sekejap tanpa membuang banyak
waktu kau langsung membawaku ke sebuah tempat untuk ditindak.
Rumah sakit. Mama dan abangku langsung ke tempat dimana
aku ditindak. Pria itu ketakutan dan khawatir jika terjadi apa – apa denganku.
Tanpa berpikir panjang abangku langsung menonjok muka si pria tanda sebagai
tanda kemarahannya. Dokter Lisa mengajak mama dan abangku untuk masuk ke dalam
karena ada yang dibicarakan, pria itu ingin masuk tapi terhalang oleh abangku.
Aku menahanmu dan menarik tanganmu, aku ingin kau jangan
pergi dan menemaniku saja di sini. Tapi dia harus pergi katanya tapi dia
berjanji untuk kembali esok dan akan memberiku sebuah kejutan yang luar
biasanya katanya untukku dan aku akan memegang janji itu. Aku di rumah sakit
cukup lama. Aku tahu keluargaku membencinya. Ketika keluargaku mulai membencimu
karena kesalanmu yang mungkin belum tentu juga itu kesalanmu, rasanya rasaku
hancur. Aku melihat semua yang kau lakukan untukku, cinta mungkin yang kau
lakukan untukku ini. Aku mau hidup.
Aku mulai gelisah, kenapa dia tak menjengukku. Lama
sekali tak terlihat. Mama melihat kegelisahanku dan mengatakan “mungkin ini
salah mama yang membuat dia tak menjengukmu, maaf ini mungkin karena keegoisan
dan kecemburuan mama yang terlalu berlebihan untukmu semenjak ada dia di
kehidupan kita, kau lebih selalu bersamanya daripada bersama kita, mama dan
abang.”
Aku tak tahu dimana keberadaanya sekarang, aku bahkan tak
tahu alamat rumahnya dimana. Abang tak habis akal, dia membantu dengan cara mencari nya lewat sosial
,media. Abang menemukan akun sosmed miliknya dan begitu terkejutnya abang
ketika tahu kalau pria itu juga memiliki penyakit yang sama denganku, tapi
abang tak langsung memberitahuku tapi ke mama. Memberitahu mama jika pria itu
juga memiliki kanker.
Keesokan harinya aku tiba di sebuah rumah yang dimana itu
ternyata rumah si pria itu. Aku bertemu dengan orangtua dari si pria itu,
mereka begitu ‘welcome’ denganku.
Mereka seperti sudah lama mengenalku dan ternyata pria itu sering menceritakan
tentangku kepada orangtuanya. Tak berpikir banyak waktu aku langsung bertanya
dimana keberadaannya dan papa pria itu mengatakan dia ada di kamar dan
menceritakan bahwa dia juga mengidap penyakit yg sama sepertiku. Begitu shock
dan kaget aku ketika aku mendengar kabar itu. Aku menuju kamar si pria itu dan
diatak seperti biasanya yang ku lihat begitu pucat, lemas, dan seperti tak
mempunyai semangat hidup yang selalu dia katakan dulu kepadaku, padahal dulu
dia selalu yang menyemangatiku tapi mengapa sekarang malah dia seperti
kehilangan semgat hidupnya. Akhirnya aku melihat tangisan itu, tangisan ini
mungkin yang terakhir yang ku lihat. Aku masih belum percaya kita memiliki
kesamaan seperti ini, tak terduga aku pun juga kaget ternyata kanker telah
meyatukan kita..
Aku ingat saat kau pernah mengatakan “aku punya satu
rahasia dan yang tak mungkin kau ketahui sekarang, mungkin ada saat nanti kau
tahu apa rahasia yang ku maksut ini.” Oh jadi ini yang kau maksut, jadi ini
rahasia yang kau ceritakan tapi tak sempat kau ceritakan tapi kenapa aku harus
mengetahuinya dalam keadaan seperti ini dan kau juga mengingkari janjimu katamu
kau akan menemuiku esok tapi kenyataannya kau tak datang aku menunggumu sampai
jarum panjang jam di tanganku berpindah hingga 3x.
Kau berubah, baru pertama kali ini ku dengar kau
berbicara begitu kasar seperti itu, tak ada semangat hidup sedikitpun darimu
yang dulu selalu kau katakan untukku tapi sekarang malah kau yang kehilangan
itu. Kau seperti mayat, aku seperti mayat. Aku tak tega melihatmu seperti ini
meski aku jug ikut merasakan apa yang kau rasakan tapi aku tahu kau kuat tapi
ada sedikit kegelisahan di hatimu untuk kehidupan.
Meski pandanganmu buram untuk kehidupan saat ini, aku tak
dapat melupakan semua. Sedikitpun tak bisa merubah apapun kau di mataku. Kau
tetap penyemangat hidupkuseperti yang ku bilang dulu. Meski sekarang kita sama.
Aku akan berusaha untuk membuat kita tetap tersenyum
dengan janji kita meski sakit, tapi kita lewati ini semua bersama rasa sakit
ini karna aku masih ingin hidu untukmu dan denganmu. Ternyata kau memiliki
kejutan lain. “tetaplah menjadi bintang di langit, agar cinta kita akan abadi.”
Setelah beberapa lama ternyata kau dulu yang mendahuluiku
untuk menuju ke tempat terindah, surga. Kita tak pernah tahu sampai kapan
kehidupan kita. Sedikit atau banyak rasa bebanmu dan sakitmu kini telah hilang.
Apa kamu bahagia disana? Semoga kau bahagia,klak aku akan menyusulmu.
Makam, tempat kamu berbaring saat ini. Ini adalah tempat
terakhir pertemuan kita di dunia, meski terakhir di dunia tapi aku yakin nanti
ada saatnya kita berkumpul berdua kembali meski bukan saat ini. Terima kasih
karena selama ini kau telah menemaniku untuk hidup dan berjuang tinggal aku
sekrang menjalankan seperti apa katamu untuk hari esok. Selamat jalan,
bahagialah di surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar