Halaman

Senin, 12 Oktober 2015

HIDUP

Hidup...,

          Hidup kita di dunia mungkin menurutmu akan panjang tapi menurutku sepanjang hidup kita dapat diukur ketika kita bisa menikmati dan tak kan berbicara tentang kematian saja. Cobalah berpikir jika ada orang yang menanyakan “masih hidup?” kau jawablah “tentu saja masih, aku masih ingin menikmati dunia yang penuh senyum dan penuh fantasi ini meski ku tau sudah tak lama lagi aku bisa menikmati ini semua. Tuhan jika kau masih baik padaku, tolong ya Tuhan aku ingin masih bisa menikmati dunia mu, berilah waktu mu sekejap saja untuk ku. Jika mungkin menurutmu aku sudah terlalu puas menikmati ini semua terserah selanjutnya, aku serahkan semua pada-Mu, kau ingin menjemputku atau tidak.


            Rumah sakit, tempat dimana aku selalu ada di sini untuk menyambung hidup ku setelah vonisan itu. Kira – kira hampir 5 tahun ku berada di sini setiap ku merasa aneh atau apapun, ya di sinilah tempatku, rumah sakit.


            Hari ini aku di sebuah ruangan yang semuanya rata - rata mengidap penyakit yang sama seperti ku, tapi berbeda – beda. Ku melihat sesosok wajah yang juga ada di ruangan ini. Tersenyumlah dia untukku.


            Pikiranku hanya tertuju pada kematian saja tak ada yang lain. Tuhan aku ingin mati saja, aku ingin hilang beban ini, aku sudah lelah ya Tuhan jika seperti ini terus. Aku mempunyai pikiran jika sedikit saja aku memiliki nafas, aku pun megatakan dalam hati “ya gak papalah sesekali sebelum kita mati, nikmati sepuas yang kau mau tanpa peduli akan kata MATI!”


            Pria itu menatapku dengan mengatakan sesuatu “tidak, hidup penuh cinta meski kau pikir hidup hanya sebentar dan sekejap saja tapi ingatlah cinta yang tlah bisa menghidupkannya kembali” setelah aku mengatakan “karna hidup cuma sebentar”. Tapi yang mengatakan bukan dia tapi kawannya, “percaya? Itu terserah yang mendengar.” Si pria itu mengeluarkan handphone nya untuk bersiap menulis nomer ku dengan super pedenya dia meminta itu. Begitu berisiknya dia tak mau diam mulutnya itu. Ku beri nomer ku untuknya agar dia tak berisik lagi.


            Untuk malamnya dia mengirim sebuah pesan, “masih hidup?”. Itu adalah pertanyaan super duper konyol yang pernah ditanyakan kepadaku. Itu pun pesan pertama yang dia kirim untukku setelah tadi siang. Aku pun menjawab “ya tentu saja, jika Tuhan mengizinkan malam ini aku masih bisa bernafas untuk esok dan menyambut esok dengan tak seperti orang lemah.”


            Pagi dunia dan semua senyuman yang akan hadir untuk hari ini. Ku membuka pintu dan ternyata ada si pria itu di depan rumahku, aku pun juga tak tahu kenapa dia bisa tahu rumahku? Apa dia bertanya pada dokter Lisa. Dokter Lisa adalah dokter yang setia dan sabar untuk menemaniku selama pengobatan 5 tahun ini. Mamah aku tiba – tiba keluar dan melihat si pria ini dan bertanya siapa pria ini, aku menjawab “teman baru kenal aat di rumah sakit kemarin dan dengan pedenya dia, dia langsung mengajakku keluar dan meminta izin kepada mamaku. Mamaku mengiyakan dengan rasa was – wasan tapi aku mengatakan “tak apa hanya mencari udara segar yang mungkin tak lama lagi aku tak bisa cari lagi udara itu.”


            Pria itu mengajakku ke sebuah taman bunga yang sangat indah mungkin saat ini bisa menghilangkan pikiranku akan kematian. Tapi aku juga memikirkan apakah seperti ini surga nanti, taman yang penuh dengan bunga – bunga yang pasti surga nanti adalah suatu hal yang aku ingin menemui seseorang yang esok bisa jadi penyemangat hidupku hingga nanti kita tertidur dalam liang lahat bersama dan kita akan bahagia bersama di surga nanti.


“Tapi gak pa-palah mungkin ini menjadi kenangan gua saat nanti kalau aku meninggal dan tak bisa lagi menghirup udara dunia. Makasih”


“kenapa sih loe selalu bicara seperti itu, bicara tentang kematian?”


“karna supaya sakit gua hilang meski nafas gua juga ikut hilang.”


            Mendengar aku mengatakan seperti itu pria itu mengatakan “mungkin dalam pikiranmu hanya memikirkan kematian saja tapi satu yang harus kau tahu dan mengerti gunakan sisa hidupmu yang kau tahu untuk bahagia, senyum dan mencari ketidaktahuanmu dengan yang kau tahu ini meski sulit tapi Tuhan tahu akan usaha yang dilakukan umatnya. Mungkin di dunia ini tak perlu kenyataan tapi yang terpenting adalah ingatan kuat untuk mengingat hari esok kita mau melakukan apa, apa kita masih benar – banar bisa bernafas untuk esok ya meskipun dalam pikiranmu sekarang hanya kematian saja yang keluar tak ada lain terutama kehidupan yang indah.”


            Aku mulai sadar akan pentingnya kehidupan, apa karna mungkin dia yang menyadarkanku. Dia mngulangi pertanyaannya sekarang.


“kalau kau masih hidup esok, cobalah tersenyum untuk hari esok, munkin kau akan melupakan sejenak tentang kematian untuk menikmati dunia yang harus dinikmati ini. Kau masih hidupkan?”


“tentu saja aku masih hidup, apalagi untuk esok dan seterusnya. Aku akan belajar senyum agar dunia juga ikut tersenyum untuk ku.”


“itu yang mau kudengar darimu, semangat hidup yang kau perlukan.”


            Aku baru mengenalnya tapi aku merasa dialah penyemangat hidupku yang dia maksut itu, aku mulai nyaman.


            Keesokan harinya, kuburan. Dalam hati ku bertanya “ada apa dengan dia, kenapa dia membawaku ketempat seperti ini?” dia menceritakan kepada ku tentang kehidupan. Dan aku semakin berpikir apakah hari adalah hari yang pasti untuk aku memutuskan apakah kau berhasil membuatku untuk memaknai akan kehidupan yanga da di dunia seperti yang selalu kau bilang kepadaku.


            Dia menceritkan kepadaku sebuah rahasia tapi tak semua dia ceritakan, yang mungkin dia ceritakan adalah satu rasa kasih sayang yang mungkin baru tapi ada rasa itu. Aku tiba tak sadarkan diri belakangnya dan di depan sebuah batu nisan. Kau begitu khawatir dan gugup ketika melihatku seperti ini. Panik pasti itu yang kau rasakan sekarang. Sekejap tanpa membuang banyak waktu kau langsung membawaku ke sebuah tempat untuk ditindak.


            Rumah sakit. Mama dan abangku langsung ke tempat dimana aku ditindak. Pria itu ketakutan dan khawatir jika terjadi apa – apa denganku. Tanpa berpikir panjang abangku langsung menonjok muka si pria tanda sebagai tanda kemarahannya. Dokter Lisa mengajak mama dan abangku untuk masuk ke dalam karena ada yang dibicarakan, pria itu ingin masuk tapi terhalang oleh abangku.


            Aku menahanmu dan menarik tanganmu, aku ingin kau jangan pergi dan menemaniku saja di sini. Tapi dia harus pergi katanya tapi dia berjanji untuk kembali esok dan akan memberiku sebuah kejutan yang luar biasanya katanya untukku dan aku akan memegang janji itu. Aku di rumah sakit cukup lama. Aku tahu keluargaku membencinya. Ketika keluargaku mulai membencimu karena kesalanmu yang mungkin belum tentu juga itu kesalanmu, rasanya rasaku hancur. Aku melihat semua yang kau lakukan untukku, cinta mungkin yang kau lakukan untukku ini. Aku mau hidup.


            Aku mulai gelisah, kenapa dia tak menjengukku. Lama sekali tak terlihat. Mama melihat kegelisahanku dan mengatakan “mungkin ini salah mama yang membuat dia tak menjengukmu, maaf ini mungkin karena keegoisan dan kecemburuan mama yang terlalu berlebihan untukmu semenjak ada dia di kehidupan kita, kau lebih selalu bersamanya daripada bersama kita, mama dan abang.”


            Aku tak tahu dimana keberadaanya sekarang, aku bahkan tak tahu alamat rumahnya dimana. Abang tak habis akal, dia  membantu dengan cara mencari nya lewat sosial ,media. Abang menemukan akun sosmed miliknya dan begitu terkejutnya abang ketika tahu kalau pria itu juga memiliki penyakit yang sama denganku, tapi abang tak langsung memberitahuku tapi ke mama. Memberitahu mama jika pria itu juga memiliki kanker.


            Keesokan harinya aku tiba di sebuah rumah yang dimana itu ternyata rumah si pria itu. Aku bertemu dengan orangtua dari si pria itu, mereka begitu ‘welcome’ denganku. Mereka seperti sudah lama mengenalku dan ternyata pria itu sering menceritakan tentangku kepada orangtuanya. Tak berpikir banyak waktu aku langsung bertanya dimana keberadaannya dan papa pria itu mengatakan dia ada di kamar dan menceritakan bahwa dia juga mengidap penyakit yg sama sepertiku. Begitu shock dan kaget aku ketika aku mendengar kabar itu. Aku menuju kamar si pria itu dan diatak seperti biasanya yang ku lihat begitu pucat, lemas, dan seperti tak mempunyai semangat hidup yang selalu dia katakan dulu kepadaku, padahal dulu dia selalu yang menyemangatiku tapi mengapa sekarang malah dia seperti kehilangan semgat hidupnya. Akhirnya aku melihat tangisan itu, tangisan ini mungkin yang terakhir yang ku lihat. Aku masih belum percaya kita memiliki kesamaan seperti ini, tak terduga aku pun juga kaget ternyata kanker telah meyatukan kita..


            Aku ingat saat kau pernah mengatakan “aku punya satu rahasia dan yang tak mungkin kau ketahui sekarang, mungkin ada saat nanti kau tahu apa rahasia yang ku maksut ini.” Oh jadi ini yang kau maksut, jadi ini rahasia yang kau ceritakan tapi tak sempat kau ceritakan tapi kenapa aku harus mengetahuinya dalam keadaan seperti ini dan kau juga mengingkari janjimu katamu kau akan menemuiku esok tapi kenyataannya kau tak datang aku menunggumu sampai jarum panjang jam di tanganku berpindah hingga 3x.


            Kau berubah, baru pertama kali ini ku dengar kau berbicara begitu kasar seperti itu, tak ada semangat hidup sedikitpun darimu yang dulu selalu kau katakan untukku tapi sekarang malah kau yang kehilangan itu. Kau seperti mayat, aku seperti mayat. Aku tak tega melihatmu seperti ini meski aku jug ikut merasakan apa yang kau rasakan tapi aku tahu kau kuat tapi ada sedikit kegelisahan di hatimu untuk kehidupan.


            Meski pandanganmu buram untuk kehidupan saat ini, aku tak dapat melupakan semua. Sedikitpun tak bisa merubah apapun kau di mataku. Kau tetap penyemangat hidupkuseperti yang ku bilang dulu. Meski sekarang kita sama.


            Aku akan berusaha untuk membuat kita tetap tersenyum dengan janji kita meski sakit, tapi kita lewati ini semua bersama rasa sakit ini karna aku masih ingin hidu untukmu dan denganmu. Ternyata kau memiliki kejutan lain. “tetaplah menjadi bintang di langit, agar cinta kita akan abadi.”


            Setelah beberapa lama ternyata kau dulu yang mendahuluiku untuk menuju ke tempat terindah, surga. Kita tak pernah tahu sampai kapan kehidupan kita. Sedikit atau banyak rasa bebanmu dan sakitmu kini telah hilang. Apa kamu bahagia disana? Semoga kau bahagia,klak aku akan menyusulmu.


            Makam, tempat kamu berbaring saat ini. Ini adalah tempat terakhir pertemuan kita di dunia, meski terakhir di dunia tapi aku yakin nanti ada saatnya kita berkumpul berdua kembali meski bukan saat ini. Terima kasih karena selama ini kau telah menemaniku untuk hidup dan berjuang tinggal aku sekrang menjalankan seperti apa katamu untuk hari esok. Selamat jalan, bahagialah di surga.


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar